Ibuku adalah sahabat terbaikku
Diriwayatkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, seorang datang kepada Rasulullah SAW meminta idzin untuk pergi berjihad. Rasulullah SAW lalu bertanya kepadanya: "Apakah orang tuamu masih hidup?" Ia menjawab: "Ya". Rasulullah SAW kemudian berkata: Lakukanlah jihad -dengan berbuat baik- kepada keduanya".
Diantara begitu banyak tuntunan yang diajarkan oleh Islam dalam mengarahkan kehidupan manusia adalah perintah untuk berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua. Islam menegaskan bahwa setiap orang tua memiliki hak untuk diperlakukan baik oleh anak-anaknya, dan tidak boleh ada pengabaian dalam masalah ini. Namun sering karena ketidakpahaman, atau kesibukan, tanpa sadar hak-hak orang tua terabaikan dan terlupakan. Hal ini berakibat hilangnya nilai-nilai kekeluargaan dan kekerabatan antara seorang anak dengan orang tuanya. Bahkan saat ini terlihat keberadaan teman jauh lebih dipentingkan dari pada orang tua sendiri.
Birrul walidain atau berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan salah satu karakteristik orang beriman. Hasan Al-Bashri mendefinisikan Birrul Walidain dengan mengatakan: "Al-Birr atau berbuat baik adalah patuh dan perduli terhadap kedua orang tua dalam berbagai hal yang mereka minta, sebatas hal tersebut tidak bertentangan atau melanggar perintah Allah. Adapun Al-Uquuq atau mendurhakai orang tua adalah membantah mereka dan tidak memberikan kebaikan yang kita miliki kepada mereka."
Ijma ulama menetapkan bahwasanya berbuat baik dan mentaati orang tau merupakan sebuah kewajiban. Ibnu Hazm mengatakan: "Mentaati orang tua merupakan suatu fardhu (kewajiban bagi tiap-tiap individu)" lalu ia mengutip firman Allah SWT:
" Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. 17:23)
Dalam ayat ini Allah SWT menempatkan perintah berbuat baik kepada orang tua setelah perintah untuk mentauhidkan-Nya. Hal ini merupakan petunjuk dari Allah SWT akan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua, memuliakan keduanya dan tidak mengatakan perkataan yang tidak layak kepada keduanya, walau sekedar dengan perkataan kecil seperti "uh".
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, para ulama telah menjelaskan beberapa hal berikut:
1. Seorang muslim harus menempatkan kesenangan atau kebahagian orang tua di atas kesenangan yang lainnya, termasuk dirinya, istri dan anak-anaknya.
2. Seorang muslim harus mematuhi apa yang diperintahkan atau dilarang oleh orang tuanya, baik ia suka atau tidak suka dengan hal tersebut, selama perintah itu tidak untuk bermaksyiat kepada Allah SWT.
3. Seorang mulim harus berusaha memenuhi keperluan yang menurutnya diinginkan atau dibutuhkan oleh orangtuanya, baik ketika mereka memintanya atau tidak. Ia harus memberikannya dengan kebaikan dan kasih sayang, memaklumi kekurangan dan kelemahan keduanya sebagai wujud bakti dan balas budi yang memang sepantasnya diterima oleh keduanya.
Setiap kita harus menyadari bahwasanya kecintaan Allah SWT akan dapat diraih manakala orang tua kita mencintai kita. Dan kemungkaran Allah akan datang manakala orang tua kita murka terhadap kita. Rasulullah SAW bersabda:
"Dari Abdullah bin Amru bahwasanya Raulullah SAW telah bersabda: Ridho Allah pada Ridho orang tua dan kemurkaan Allah ada pada murkanya orang tua". (HR. Turmudzi)
Allah SWT berfirman yang artinya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
Berkata sebagian mufassir, diletakkannya perintah berterima kasih kepada orang tua setelah perintah bersyukur kepada Allah SWT menunjukkan bahwa pemenuhan hak-hak orang tua merupakan kewajiban utama yang harus ditunaikan oleh seorang anak.
Hal ini pula yang ditegaskan Rasulullah SAW ketika beliau ditanya oleh sahabat Ibnu Masud ra. tentang amal yang paling dicintai di sisi Allah SWT. Saya bertanya kepada Rasulullah SAW : Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah SAW : "Sholat tepat pada waktunya" Saya bertanya: Kemudian apa lagi? Bersabada Rasulullah SAW "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi? Maka Rasulullah SAW bersabda : "Berjihad di jalan Allah" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini dengan sangat jelas Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah salah satu jalan untuk mendapatkan kecintaan Allah SWT.
Saat ini kita menyaksikan, betapa banyak perlakuan buruk yang diterima oleh orang tua dari anak-anaknya. Kebutuhan mereka tidak lagi diperhatikan. Tidak ada kata-kata lemah lembut dan ungkapan kasih sayang yang mereka terima, sebagaimana mereka telah berikan kepada anak-anaknya. Lama waktu berlalu, tiada kunjungan atau sapaan melalui surat atau telepon, untuk sekedar menanyakan keadaan mereka. Bahkan sebagian orang tidak ingin terganggu kehidupannya oleh kehadiran orang tuanya. Mereka titipkan orang tuanya di rumah-rumah jompo dan panti untuk dirawat oleh orang lain.
Suatu kali seorang sahabat datang kepada Nabi SAW dan bertanya kepadanya tentang orang yang paling berhak untuk diperlakukan paling baik. lalu Rasulullah SAW menjawab :"Ibumu". Sahabat menyampaikan pertanyaan yang sama sampai tiga kali, dan Rasulullah SAW memberikan jawaban yang sama. Barulah pada pertanyaan yang keempat Rasulullah SAW mengatakan : "Bapakmu".
Empat kali Rasulullah SAW ditanya secara berurutan oleh seorang sahabat tentang orang yang harus diperlakukan paling baik, dan ternyata keseluruhan jawabannya hanya dua orang, yaitu ibu dan bapak atau orang tua kita. Demikianlah Rasulullah SAW menjelaskan tentang kedudukan dan kemuliaan orang tua di hadapan anak-anaknya. Ini sekaligus sebagai penghargaan yang memang layak diterima oleh keduanya atas jerih payah, kasih sayang yang telah mereka berikan kepada anak-anaknya.
Sebagai sebuah ilustrasi, jika seseorang datang kepada kita dan menawarkan makan siang gratis, bagaimana sikap kita terhadap orang tersebut? Tidak diragukan kita pasti akan menampakkan senyum bahagia, bersikap baik dengannya dan akan mengenang kebaikannya di dalam hati kita. Lalu kenapa orang tua yang telah puluhan tahun mengasuh, menyediakan berbagai keperluan kita, merawat dan memeberikan cinta dan kasih sayangnya tidak mendapatkan perlakuan yang baik?
Setiap muslim tentu berharap Allah SWT meridhoinya, dan menginginkan agar ia dimasukkan ke dalam surga Allah SWT. Harapan-harapan ini dapat diwujudkan dengan menempuh berbagai amal ibadah, yang salah satunya adalah dengan berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua. Besarnya nilai perbuatan baik kita kepada orang tua digambarkan dalam hadits yang dijelaskan pada awal tulisan ini. Seorang sahabat datang kepada Nabi SAW meminta diidzinkan untuk ikut berjihad. Namun Nabi SAW menyuruhnya pulang dan berjihad dengan berbuat baik kepada orangtuanya yang masih hidup. Hadits ini menegaskan bahwa birrul walidain adalah salah satu bentuk jihad yang dapat dilakukan seorang muslim guna meraih kecintaan Allah SWT.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membahagiakan orang tua. Jika kita masih tinggal bersama keduanya, maka kita dapat melewati waktu-waktu bersama keduanya, membaca Al-Quran atau membaca hadits bersama, mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, atau berbincang-bincang serta berbagi cerita dengan mereka. Sedapat mungkin kita meluangkan waktu untuk mengajak mereka berjalan-jalan menikmati keindahan ciptaan Allah SWT, membawakan sesuatu yang mereka senangi ketika pulang ke rumah, atau memberikan hadiah untuk mereka.
Jika kita tinggal terpisah atau jauh dari orang tua, kunjungilah mereka secara rutin sepekan atau dua pekan sekali. Kalau kita tidak dapat melakukannya karena tempat tinggal yang sangat jauh, berusahalah untuk tetap berkomunikasi dengan mereka. Ini dapat kita lakukan dengan menelepon atau berkirim surat. Kirimkan pula kartu ucapan tanda sukacita di momen-momen dan hari-hari penting seperti ramadhan, Idul Fitri atau momen lainnya.
Untuk orang tua kita yang telah meninggal dunia, salah satu atau keduanya, ada kewajiban yang juga harus kita laksanakan. Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah bahwasanya seorang dari Bani Salamah datang kepada Rasulullah SAW dan menanyakan apa yang dapat ia lakukan untuk orang tuanya yang telah meninggal dunia. Rasulullah SAW menjawab sebagai berikut:
1. Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk keduanya.
2. Menunaikain wasiat atau keinginan mereka.
3. Menyambungkan hubungan silaturahim dengan orang-orang yang memiliki hubungan silaturahim dengan keduanya.
4. Memuliakan teman-temannya.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW menjelaskan, bahwa salah satu yang akan menjadi tambahan kebaikan bagi seseorang walaupun ia telah meninggal dunia, adalah doa anaknya yang shalih.
"Jika seorang telah meninggal dunia, maka putuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal: Sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa untuknya dari anaknya yang shalih" (HR. Muslim)
Inilah wujud ekspresi kasih sayang serta ungkapan rasa terima kasih kepada orang tua atas kebaikan dan kasih sayang yang telah mereka berikan untuk kita. Sudah semestinya kita tidak lalai atau lupa untuk melakukannya.
Begitu besarnya kebaikan orang tua digambarkan pula dalam sebuah hadits Rasulullah SAW:
"Tidaklah seorang anak dapat menebus kebaikan orang tuanya, kecuali bila ia mendapati orangtuanya menjadi seorang budak lalu ia menebusnya dan membebaskannya" (HR. Muslim)
Akhirnya, marilah kita simak doa yang begitu indah yang dilantunkan Nabi Allah Ibrahim as yang semoga kita tidak lupa untuk melafadzkan dalam doa-doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT.
Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami, perkenankan doaku. (QS. 14:40)
Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mumin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. 14:41)
Qurtifa Wijaya
Post a Comment